SR

update film anime terbaru sub indonesia dan komik sub indo lengkap

5 Anime yang Gagal di Season Pertama: Ambisi Tinggi, Eksekusi Kurang Matang

Tidak semua anime bisa langsung mencuri perhatian sejak musim pertama. Beberapa datang dengan konsep brilian, hype besar, bahkan didukung studio ternama—namun sayangnya, eksekusi yang kurang matang, alur cerita membingungkan, atau animasi yang tak sesuai ekspektasi membuat mereka gagal meninggalkan kesan. Berikut adalah lima anime yang dianggap gagal di season pertamanya, meskipun punya potensi besar.

  1. Gibiate (2020)
    Studio: Lunch Box & Studio Elle
    Masalah utama: Animasi buruk dan cerita klise

Mengusung konsep time travel dengan virus yang mengubah manusia jadi monster, Gibiate awalnya tampak menjanjikan. Namun, kenyataan berbicara lain. Kualitas animasi yang dianggap “tertua” dibanding standar anime modern menjadi bahan olok-olok. Belum lagi cerita yang penuh lubang logika dan karakter yang sulit disukai. Sayang sekali, karena nama besar Yoshitaka Amano (desainer Final Fantasy) turut terlibat dalam proyek ini.

  1. Ex-Arm (2021)
    Studio: Visual Flight
    Masalah utama: CGI parah, pacing buruk

Ex-Arm nyaris menjadi studi kasus tentang bagaimana tidak seharusnya membuat anime. Proyek ini menggunakan CGI yang kaku dan tidak konsisten, dengan gerakan karakter yang aneh dan ekspresi datar. Kritikus dan penonton sama-sama sepakat bahwa ini salah satu anime terburuk dari segi produksi visual. Padahal premisnya soal teknologi canggih dan aksi futuristik cukup menarik jika digarap dengan benar.

  1. The Master of Ragnarok & Blesser of Einherjar (2018)
    Studio: EMT Squared
    Masalah utama: Cerita generik, karakter lemah

Anime isekai ini mencoba menggabungkan mitologi Nordik dengan gaya harem klasik. Tapi hasilnya justru membuatnya tenggelam dalam lautan anime isekai generik. Tokoh utamanya terasa terlalu kuat tanpa pengembangan karakter berarti, dan konflik yang muncul cepat terselesaikan tanpa ketegangan. Tidak ada sesuatu yang menonjol yang membuat penonton ingin lanjut ke episode berikutnya.

  1. Pupa (2014)
    Studio: Studio Deen
    Masalah utama: Durasi pendek, narasi tidak utuh

Diangkat dari manga horor yang penuh gore dan psikologis, Pupa justru terasa seperti potongan-potongan adegan acak karena setiap episodenya hanya berdurasi sekitar 4 menit. Tidak ada cukup waktu untuk membangun atmosfer atau menjelaskan motivasi karakter. Alhasil, nuansa mengerikan berubah menjadi membingungkan dan bahkan lucu karena ketidaksinkronan antara visual dan narasi.

  1. Valkyrie Drive: Mermaid (2015)
    Studio: Arms
    Masalah utama: Fanservice berlebihan, kehilangan fokus cerita

Valkyrie Drive menawarkan konsep pertempuran antara gadis-gadis yang bisa berubah menjadi senjata ketika “terangsang.” Sayangnya, fanservice yang terlalu vulgar membuat penonton merasa cerita utamanya tertutup sepenuhnya. Alih-alih jadi anime aksi dengan lapisan erotis, justru jadi anime erotis dengan sedikit aksi. Banyak yang akhirnya menyerah menonton karena tidak menemukan kedalaman cerita sama sekali.

Penutup
Gagal di season pertama bukan berarti semuanya harus berakhir. Ada anime yang akhirnya bangkit di musim-musim selanjutnya atau lewat adaptasi manga yang lebih rapi. Namun, deretan anime di atas jadi pengingat pentingnya keseimbangan antara konsep, eksekusi, dan kualitas produksi. Tak cukup hanya menjual premis menarik, tapi juga harus mampu menyampaikan cerita yang menyentuh dan visual yang memanjakan mata.

Kalau kamu pernah nonton salah satu dari judul di atas, mana yang paling bikin kamu kecewa?

Share: Facebook Twitter Linkedin
Tinggalkan Balasan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *